Ego
HTS
Hari
ini pembagian raport kelas VII SMP ku semester dua. Hatiku gelisah tak menentu,
ku takut mengecewakan orang tuaku jikalau nanti nilai raportku jelek, oh
tidak…!!
Sebentar-sebentar ku berjalan ke sebelah
kananku, ke depan rumah mundar-mandir ga
karuan, dan kupanggil ayah “ Ayah… sudah siang nih, ayo berangkat!” teriaku tak
sabar.
lalu ku menghampiri Ayah di meja makan,
seorang wanita anggun dan peri-peri cantikku melihatku penuh heran, mereka ibu
dan kedua adik kembarku.
Dengan
lembutnya, ibu mengambilkan secentong nasi goring ke piringku. Tapi aku
langsung tarik kemeja Ayah untuk keluar memanaskan mesin motor. “
Assalamu’alaikum “ ujarku sambil mencium tangan ibu. “wa’alaikum salam untuk
ibu kamu yang terbaik anakku” ( bisiknya sambil mencium keningku ), suara
lembut itu menenangkan perasaanku yang
sempat galau.
Sesampainya
di depan kelas, Ayah masuk bersama wali murid lain, Ibu Darma wali kelasku
tersenyum penuh makna kepadaku “ ya tuhan… pertanda baikkah ini?” lalu aku cium
tangannya.
Sepuluh menit…, dua puluh menit…, 25
menit…, 35 menit…, karena lamnya menunggu di luar kelas aku dan teman-teman
memutuskan untuk pergi ke kantin, membelikan minum untuk Ayah yang mulai jenuh
mendengar ceramahan bu Darma, tiba-tiba “ Vi… Vivia!!!” Dhita lari menghampiri
“ kenapa Dhit? Kamu kok kaya dikejar-kejar syetan githu…”
“ selamat yah Vi, kamu peringkat pertama,
sobatku yang satu nih emang TOP ” ujarnya sambil memelukku. “ benarkah itu? “
oh senangnya hatiku. Aku langsung pergi ke depan kelas menghampiri Ayah yang
sedang memegang buku biru itu dengan senyum bangga.
Teman-teman
pun mengucapkan selamat kepadaku, begitupun Bu Darma, ia guru kesayanganku.
Liburan panjangpun tiba, setelah
hari terakhir liburan, kumulai gelisah kembali. Ku duduk di teras rumah
memikirkan kelas baruku dengan penghuni-penghuni yang baru.
“
tring…!!” hari itu pun tiba, bagai magic menurutku yang begitu cepat. Cerahnya
mentari menyapaku, kehangatannya menyemangatkanku hari ini tuk berangkat
sekolah, seperti biasanya ku cium tangan ibu dan ayah.
Sesampainya di Sekolah ku
berhenti di depan kelas yang kata orang-orang sih kelas unggulan, tapi
menurutku sama saja. Tiba-tiba dari belakang ada yang mengagetkanku
“ Vi!! ” sambil menepuk bahuku. Dan dengan
spontan aku menengok ke arahnaya. “ Bayu! Waduh kok kita bisa sekelas lagi sih,
bosen ah.” Candaku.
“
emangnya kamu doing, Bayu juga males nih sekelas lagi ma kamu” membalas
candaku.
“
Bayu tiga hari ini Via gak bisa masuk kelas dulu, maklumlah sibuk.” “ belagu
lo, sibuk ngapain?” “ ngerjain abak-anak baru alias mabis, kan Bayu tahu Vivi
Sekrataris Osis jadi banyak job, hehe”
“
pecaya-percaya J, Vivia kan eksis
di semua kegiatan ikut, Pramuka, PMR, Sastra Bahasa, Risma dan lain-lain”
“
udah-udah aku jadi malu, gak segitunya kali Bay, kamu mah berlebihan.
Ya
udah yah Ursi pergi dulu ke ruang OSIS,”
Aku
menyudahi obrolanku bersama Bayu di depan kelas. Tiba-tiba ada anak yang lewat
di depanku dengan muka juteknya, dengan celana yang menggantung di atas mata
kaki, mukanya yang sedikit sangar itu berjalan lenggak-lenggok melewatiku,
memasuki kelas melepaskan tas dari gendongannya danmembaca buku.
“
siappa itu?, sekelas sama kita/ jutek amat aneh pula” tanyaku kepada Bayu
penasaran.
“
oh dia Raka satu komplek kok ma Bayu, kenapa ? jangan kaya gitu Vi, nanti
bisa-bisa kamu suka lagi ma dia, he_em” Bayu menggoda. “ enak aja! Ya udah yah
Bay, Oh yah masalah penentuan struktur organisasi kelas Vivi gak bisa ikut
campur, Vivia percayakan ma temen-temen.” “Tenang! Kan ada Bayu” ujar
Bayusambil menepuk dadanya.
Akhirnya
tugas OSIS yang membuatku selama tiga hari tak masuk kelas itu selesai
juga, aku mulai memasuki kelas yang saat itu masih suasana bebas. “ Krekk… (
suara pintu ), duh gimana nih ku duduk sama siapa yah? ( hatiku bertanya-
bertanya ).
Ketika ku masuk seraya temann-temanku meneriakkan putri
puisi kepadaku, ku duduk tersimpuh malu mendengarnya. Mereka memanggilku putri
puisi karena itu karena kejuaraan ku dalam lomba cipta baca puisi di IAIN dalam
meemperingati hari HIV/AIDS se-dunia.
Ku
mulai melihat sekitar, sambil mencari bangku kosong untuk ku duduk, bentuk meja
kelasku letter U dengan posisi perempuan di depan dan laki-laki di belakangnya.
Mataku tertuju di satu sisi kursi kosong, ku menyukainya karena ternyata masih
ada tempat untuk ku duduk, tapi…
Dibelakang bangku itu ada cowo jutek tadi. “ kesal”
geramku dalam hati.
Tapi apa boleh buat hanya tinggal kursi itu yang
tersisa, ku langsung mendudukinya dan tibe-tiba “ plakkk… Braggg” oh tidakk,
kursinya rusak, malu banget semua mata tertuju padaku dan menanyakan “ Via,
kamu baik-baik aja kan?” “ iah, aku baik-baik aja kok” jawabku sambil menahan
sedikit sakt.
Tapi
dengan tanpa berdosa si cowo itu malah bilang “ makanya kalo duduk nany-nanya
dulu, kalo udah jatoh sakitkan” ujarnya sambil jalan meninggalkan kelas.
Semakin geram rasanya.
Keesokan harinya dik