Kamis, 04 Oktober 2012

ijtihadku menuju kelulusan...

Ya Allah...
semoga engkau permudah segala usaha ku ini,,
semoga engkau tak segan tuk berikan segala kelancaran,,

maafkan...
krna terkadang mulut nih yang mengeluh tanpa sadar,,
tlong...


aku hanya ingin menggores senyum nyata di wajah mereka  :)

Kamis, 20 September 2012

Lasentri 622






Subhana Allah,,
perjuangan nak steva nih...
cukup memuaskan,
background panggung yang menakjubkan ( mmenurut q )_  :)
tapi ini bukan yang terakhir kawan,
masih da jalann yang berliku di depan sana yang siap menghadang,,

ayooo,,
ijtihadddd!!!!


Senin, 25 Juni 2012

pemberian hadiah brsama ketua css mora IPB

di ambil saat pemberian hadiah juara 3 Lomba Essay Nasional, alhmdulillah!!!
juara 3 LEN

25 Mei 2012

EKSISTENSI PESANTREN BAGI GENERASI MUDA DI ERA MASA KINI
Disusun oleh : Ursilawati
meraih juara 3 Lomba Essay Nasional
 
            Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berkiprah di bidang keagamaan. Dunia pesantren nyaris dipahami masyarakat sebagai dimensi statis (tidak berubah), kental dengan kefanatikan dan kemandegan (stagnasi)  bahkan pesantren disebut-sebut sebagai “penjara suci”, mengapa bisa dikatakan “ penjara suci”??, mendengar istilah penjara terlintas dalam pikiran kita yakni para Napi (Nara Pidana) yang dikurung dalam jeruji besi karena kesalahan yang mereka perbuat, dengan harapan sekeluar dari tempat itu mereka dapat jera dan berubah menjadi lebih baik khususnya dari segi moral. Tak heran memang, dahulu hingga saat ini pesantren dikaitkan dengan doktrin-doktrin islam di dalamnya, lebih kepada pembinaan moral-spiritual, akhlak, kesalehan seseorang dan pembelajaran ilmu-ilmu agama serta penyucian jiwa. Mungkin ini gambaran pesantren dalam benak sebagian orang tua sehingga mau menyekolahkan buah hati tercintanya di pesantren.  
            Secara etimologi pesantren dapat diartikan sebagai sebuah tempat untuk  mendalami ilmu agama. Soegarda Poerbakawatja yg dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan “ Pesantren berasal dari kata santri  yaitu  seseorang yg belajar agama Islam sehingga dengan imbuhan pe-an pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam". Menurut Imam Zarkasyi ( pendiri pondok Darussalam Gontor)  Pesantren adalah lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama, dimana Kyiai menjadi pengasuh pesantren, kiprah seorang Kyai sangat esensial perannya bagi suatu pesantren([1]). Bahkan secara tegas beliau menyatakan tujuan pendidikan pesantrennya yakni untuk “kemasyarakatan dan dakwah islamiyah santri-santrinya”( 2). Berkenaan dengan santri, kata  santri terambil dari ujung kata hasan dalam bahasa arab berarti baik, dan three dalam bahasa inggris berarti tiga. Dari penggabungan kedua bahasa asing tersebut Santri bisa diartikan seorang yang baik dalam tiga hal  (iman, islam dan ihsan). ketiganya merupakan pondasi agama. Perspektif orang mengenai pesantren dan santri memang tak lepas dari sentuhan-sentuhan islam, membuatnya dipandang sebelah mata yakni lebih banyak mengurusi soal ukhrowiyah  ketimbang duniawiyah.
Kehidupan yang semakin kompleks, dunia semakin mengglobal dan peradaban yang semakin berkembang pesat, menuntut eksistensi pesantren dalam mencetak generasi muda islam yang berkompeten di segala bidang, baik terjun         di dunia politik, keekonomian, sosial, budaya, teknologi dan bidang keagamaan tentunya. Ini merupakan tantangan yang sedang dan akan terus dihadapi oleh lembaga pesantren masa kini. Dengan demikian dunia pesantren diharuskan mengadakan rekonstruksi, sebagai konsekuensi dari kemajuan dunia modern. Rekonstruksi sistem pendidikan pesantren bukan berarti merombak seluruh sistem yang ada kemudian berakibat hilangnya jati diri pesantren itu sendiri yakni lima elemen terpenting yang menjadi pilar sekaligus ruh dari pesantren  (Kyai, Santri, pondok, masjid dan kitab kuning). Al qur’an  menegaskan bahwa perubahan adalah satu keharusan dalam hidup. Kehidupan manusia tidak statis, tetapi senantiasa dinamis dan terus menerus berubah baik kearah yang lebih maju atau lebih mundur. Nabi Muhammad sendiri tidak melarang adanya perubahan yang menyesuaikan zaman, asalkan tidak keluar dari hukum-hukum agama yang  telah ditetapkan dalam hadits dan al Quran.
Saat ini pesantren pun membuktikan eksistensi nyata bagi kehidupan, melunturkan paradigma masyarakat mengenai pesantren yang klasikal dan tradisional.  Mungkin sebagian orang akan tertawa, apabila mendengar kaum ‘Santri’ bermain politik, berkecimpung dalam tatanan ekonomi bangsa, mengadakan hubungan dengan berbagai etnik dalam masalah kehidupan sosial (pluralitas), ikut mengenalkan khazanah budaya negeri ke negara-negara lain, serta menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Tapi pada nyatanya  pesantren di Indonesia dewasa ini tumbuh dan berkembang sangat pesat. Alwi Sihab menegaskan bahwa Syaih Maulana Malik Ibrahim  atau Sunan Gresik (w. 1419 H) merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan menggembleng para santri.(3)[2] Perkembangan kualitas dan kuantitas pesantren berlanjut dari masa ke masa, berdasarkan laporan pemerintah  kolonial Belanda, tahun 1831 di Jawa saja terdapat tidak kurang dari 1.853 buah dengan jumlah santri tidak kurang 16.500 orang. Kemudian suatu survai yang diselenggarakan oleh kantor Shumubu (Kantor Urusan Agama) pada masa Jepang tahun 1942, jumlah pesantren bertambah menjadi 1.871 buah, jumlah tersebut belum dijumlah dengan pesantren di luar Jawa dan pesantren-pesantren kecil. Pada masa kemerdekaan jumlah pesantren terus bertambah, berdasarkan  laporan  Departemen Agama RI tahun 2001 jumlah pesantren di Indonesia mencapai  12.312 buah.(4) Pertumbuhan secara kuantitas ini tergolong begitu cepat.
Tidak jauh berbeda dengan perkembangan pesantren secara kuantitas, karena dari segi kualitas pesantren pun menampakkan era keemasanannya. Jika kita tilik dari sisi kelembagaan, sekarang ini beberapa pesantren muncul menjadi sebuah institut atau kampus yang memiliki kelengkapan fasilitas untuk membangun potensi-potensi santri tidak hanya segi akhlak, nilai intelek, spiritualitas, tapi juga atribut-atribut fisik dan material seperti munculnya pesantren-pesantren yang sudah terkemas rapi dengan peralatan-peralatan modern semisal laboratorium bahasa, laboratorium Komputer, Lab MIPA, jaringan internet dan lain sebagainya. Upaya perubahan dan pembangunan kemampuan skill santri menjadi prioritas.
Terkait dengan pembangunan dibidang  pendidikan. Amanah Undang- Undang Nasional No.20/2003 disahkan jelas-jelas memasukkan pesantren sebagai salah satu sub sistem dari sistem pendidikan nasional, sebuah perhatian dan pengakuan yang sudah selayaknya diterima komunitas pesantren. life  skills menjadi metode andalan untuk lembaga pesantren, tujuan dari penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) sendiri tak lain dan tak bukan hanya untuk membangun peserta didik (para santri) dalam mengembangkan kemampuan berfikir, menghilangkan kebiasaan yang kurang baik, dan mengembangkan potensi diri agar dapat memecahkan problema kehidupan secara kontruktif, inovatif, dan kreatif sehingga dapat menghadapi realita kehidupan dengan bahagia baik secara lahiriah maupun batiniah.(5)[3]Dalam praksisnyapun pesantren telah memainkan peran penting sebagai agen nasional  dalam mencetak generasi muda yang intelek. Ranah pesantren diantaranya dengan pemantapan bahasa, tidak saja bahasa arab yang menjadi prasyarat mutlaq selaku bahasa al Quran, melainkan juga bahasa Indonesia dan tentu saja bahasa inggris. Bahasa Indonesia menjadi penting karena dengan bahasa Indonesia para santri dapat mengkomunikasikan gagasannya ditingkat lokal, regional, dan nasional. Sedangkan bahasa inggris sebagai bahasa internasional penting digeluti agar para santri dapat menkomunikasikan gagasannya hingga melintasi batas cakrawala. Disamping menimba ilmu dari wilayah yang berbeda dengan modal bahasa inilah pesantren masa depan bisa kian melebarkan kerjasamanya. Tidak saja pada tingkat regional, nasional akan tetapi juga pada tingkat internasional. Bahkan dengan program Departemen Agama (Depag) yang menawarkan beasiswa sekolah gratis S1, S2, juga S3 ke berbagai Negara khususnya Negara bagian timur tengah  seperti Mesir, Turkey, Yaman, Madinah, Riyadh dan banyak lagi. Hal ini menjadi catatan  pembuktian skill para santri yang mengglobe. Tidak sedikit out put pesantren yang mendapatkan beasiswa tersebut bahkan  sehabis menyelesaikan studynya dengan modal ilmu yang ada, banyak dari mereka yang sukses di ranah pendidikan, menduduki posisi penting di instansi-instansi pendidikan tertentu bahkan mampu mendirikan pesantren lalu mengelolanya sendiri. Tidak dapat dipungkiri lahirnya berbagai pendidikan modern tidak bisa dilepaskan dari pesantren sebagai lembaga pendidikan yang sudah mengurat nadi di negeri ini.
Selain dalam ranah pendidikan,  pesantren  berperan penting terhadap perubahan dan rekayasa sosial, bertanggung jawab atas berbagai fenomena sosial yang berkembang dan berdampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia. ditanamkan dalam setiap diri santri yakni jiwa kebersamaan. Bahkan semboyan yang sering diucapkan adalah “ satu untuk bersama, dan bersama untuk satu” hangatnya kebersamaan menjadi kekuatan tersendiri sehingga menciptakan kecerdasan emosional dan kepribadian yang indah dalam diri mereka. Bayangkan saja beratus-ratus santri di suatu pesantren datang dari berbagai daerah yang berbeda, tentunya dengan karakter yang berbeda pula. Disinilah letak pembelajaran sosial yang mungkin tidak bisa didapatkan di lembaga pendidikan umum, untuk dapat bersosialisasi dengan baik santri dituntut  memahami berbagai macam karakter dan dapat memposisikan dirinya pada satu karakter tertentu, belajar menghargai serta menghormati sesama. Praktisi seperti ini diakui atau tidak diakui sangat berguna ketika  terjun di dunia masyarakat nanti. Kita bisa melihat peran ormas NU, Muhamadiyah beserta perangkat dan badan-badan otonomnya yang banyak mengusung agenda reformasi. Begitu juga bermunculannya lembaga swadaya masyarakat (LSM) banyak yang dimotori oleh kaum santri, baik LSM yang konsentrasi di bantuan hukum, lingkungan hidup, kerukunan umat beragama, ekonomi maupun yang bergerak di bidang sosial budaya. Juga dalam kencah politik, kaum santri tidak lagi menjadi obyek dari kepentingan sesaat politisi dan partai politik, akan tetapi dinamika perpolitikan Indonesia diwarnai pula oleh politisi santri yang tidak lagi malu dengan identitas kesantriannya, sehingga munculnya partai-partai politik yang personilnya dari kaum santri seperti PKB, PKU, PNU, PBR, dan PKNU yang baru-baru ini dideklarasikan oleh beberapa ulama sepuh NU.
Menoleh pada  peran pesantren yang menduduki tempat istimewa dalam khazanah perkembangan sosial budaya, tak khayal perspektif historis memposisikan pesantren sebagai subkultur disampaikan oleh Abdurrahman Wahid , beliau seorang santri yang menjadi tokoh besar bangsa Indonesia, menurutnya “ lima ribu buah pondok  pesantren yang tersebar di enam puluh delapan ribu desa merupakan bukti tersendiri untuk menyatakan pesantren sebagai subkultur.(6)[4]Terkait dengan budaya Indonesia sendiri yang ketimur-timuran dan selaku Negara islam terbesar di dunia, sensus penduduk  pada tahun 2010 mencatat, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah muslim, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Budha,(7)[5]dari sekian banyak kaum muslim Indonesia mereka adalah kaum santri. Persentasi yang membanggakan tersebut mempercepat segala aspek perkembangan pesantren diantaranya dalam seni dan budaya, dikenali oleh masyarakat bahwasanya seni dan budaya asli Indonesia turut ditrendkan di pesantren dan melahirkan output berjiwa seni seperti  Asep Zamzam Noor (penyair asal pesantren Cipasung), atau KH. Musthafa Bisri (budayawan asal pesantren Rembang), dimana kreasi dan inovasi mereka sangat mempengaruhi atmosfir seni dan budaya di Nusantara. Konstribusi positif pesantren ini disangkutpautkan pada celah-celah globalisasi, ikut andil dalam perang budaya dunia yang belakangan ini menjadi momok mengkhawatirkan semua lapisan masyarakat. Belahan bumi bagian barat berupaya sekuat tenaga untuk membuat bumi berpijak pada nilai-nilai budayanya dan secara perlahan mengikis budaya asli Indonesia. Untuk itu pesantren dipersiapkan sebagai kuda-kuda pertahanan budaya Indonesia yang baik, serta tameng datangnya budaya asing yang tidak baik. Masuknya budaya asing saat ini takan lepas dari perkembangan teknologi yang melejit, kemajuan IPTEK sebagai suatu efek dari kemodernsasian dunia. namun perkembangan teknologi bukan berarti harus ditinggalkan atau kita mengisolir diri. Sebab hampir semua teknologi memberi manfaat besar pada kehidupan dunia, untuk itu santri yang akan menjadi komunitas i secara tepat guna. Teknologi akan terus berkembang, jika bukan kita yang mengembangkannya, maka bangsa lain akan terus mengulik melakukan penelitian untuk mengembangkan IPTEK tersebut. Tantangan zaman tersebut dijawab oleh sebagian besar pesantren dengan melengkapi fasilitas-fasilitas penunjang terutama yang berkaitan dengan ilmu sains dan teknologi.
Pesantren pula mendidik santrinya menjadi output yang mandiri dalam masyarakat biasanya  dengan menonjolkan kewirausahaannya. Sudah banyak lembaga-lembaga pesantren yang membekali para santrinya dengan ilmu-ilmu berwirausaha (enterpreuneurship).  Seperti salah satu lembaga di pondok pesantren salafiyah Sidogiri, Pasuaran, Jawa Timur. Pesantren ini memiliki koperasi pondok pesantren terbaik secara nasional.(8) [6] Prestasi ini tentunya memberi dampak kultural kepada para santri, yakni membangun etos kerja yang tinggi, percaya diri, jujur dalam berusaha , berani menanggung resiko dan lain sebagainya. Hal yang miris, kalau kita tengok perkembangan ekonomi dunia yang masih belum stabil pertumbuhannya hingga saat ini, ternyata sistem perekonomian yang berbasiskan Islam (syariah), lebih eksis dan bahkan semakin menjulang tinggi pertumbuhannya. Ini menandakan sistem perekonomian Islam (syari’ah), merupakan sistem yang sangat efektif apabila digunakan untuk tatanan perekonomian bangsa. Dengan banyak didirikannya bank-bank syariat diharapkan tegaknya pula perekonomian yang jujur dan sehat.
Akhirnya  kita dapat mengambil kesimpulan bahwa “eksistensi pesantren bagi generasi muda saat ini” banyak memberikan sumbangsih positif bagi kemajuan bangsa di segala bidang, dengan tidak menghapuskan pandangan pesantren sebagai lembaga keagamaan yang mencetak penerus bangsa berakhlakul kharimah. Rekonstruksi pesantrenpun masih harus terus di kembangkan dengan senantiasa dipilari syiar-syiar agama agar tidak membelok dari jalan Tuhan yang benar, dan juga santri akan tetap menjadi penyebar panji-panji islam pada setiap fikrah.

“Banggalah Menjadi Seorang Santri…. !!!!”
                                     

                           Daftar Pustaka

El-Saha, Muhammad Ishom. 2008. The Power of Santri’s Civilization. Jawa Barat :
            Pustaka Mutiara.

Fatah, Rohadi Abdul dkk. 2008. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, Jakarta :
PT. Lisatafariska Putra.

Haedari, M Amin. 2006. Masa Depan Pesantren  Dalam Tantangan Modernitas dan
 Tantangan Komplesitas Global, Jakarta : IRD press.

Masyud ,M Sulthon. 2008. Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka
 Jakarta.

Wirosukarto, Amir Hamzah, et.al. 1996. KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis
 Pesantren Moder. Ponorogo :  Gontor Press.

Yuppi, Mu. 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren. Jakarta : Media
 Nusantara.

Zada, Khamami dkk. 2006. Intelektualisme Pesantren. Jakarta : Diva Pustaka

            ( akses 12 Mei 2012)


[1] Amir Hamzah Wirosukarto,et.al., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, (Ponorogo: Gontor Press,1996) Cet, ke-1,h,56

2Rohadi Abdul Fatah dkk. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, (Jakarta: Listafariska Putra, 2008)h,21

3 HM. Amin Haedari, Masa Depan Pesantren  Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, (Jakarta: IRD press,2006)h,6
4 Rohadi Abdul Fatah dkk. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan, (Jakarta: Listafariska Putra, 2008)h,15


5 Drs. H.M. Sulthon Masyud.M.Pd, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka Jakarta2008)h,163
6 Abdurrahman Wahid, dalam Marzuki Wahid dkk,1999
7 Agama di Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia ( akses 12 Mei 2012)
8Drs. H.M. Sulthon Masyud.M.Pd, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka Jakarta2008)h,27

Rabu, 16 Mei 2012

pembuktian ijtihadku


EKSISTENSI PEMUDA DI ERA MASA KINI
Disusun oleh  :  Ursilawati dan Novi Nurhaena Yanti

Pemuda merupakan ujung tombak suatu perubahan, mereka akan menjadi tumpuan dalam pergerakan menuju lebih baik. Mereka jua sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan sebagai agen perubahaan bagi semua aspek pembangunan. Kemajuan suatu bangsa selalu dikaitkan dengan eksistensi para pemuda didalamnya, hal ini tak lepas dari semangat juang, keyakinan, keikhlasan dan inovasi yang tumbuh dalam jiwa pemuda untuk senantiasa membuat sesuatu yang lebih baik. Dalam islam pun pemuda sering dikaitkan dengan perannya dalam kemajuan syiar-syiar agama. Kebaikan terkadang diiringin dengan keburukan, begitupun dengan pemuda, hal negatif yang ditimbulkan oleh pemuda bisa memabawa ke arah kehancuran dan kemunduran. Masalah moral atau yang sering disebut sebagai krisis moral dan pencarian identitas diri yang salah menjadi masalah besar yang sering dihadapi oleh pemuda masa kini, serta eksistensi para pemuda tersebut dipandang pasif,  terdapat jiwa konsumerisme dalam diri mereka yang tidak dapat terkontrol.
Jiwa optimisme yang tinggi, keikhlasan untuk melakuakan suatu kebaikan, dan mau menjadikan niat mulia itu menjadi kenyataan adalah modal penting bagi para pemuda untuk melakukan hal yang positif. Imam Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir mengatakan, “ Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepada-Nya, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya[1]. Sepertinya keempat rukun ini yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dasar amal adalah kemauan yang kuat, itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
Begitu juga dalam sejarah Islam. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, Al Qur’an sendiri banyak menceritakan potret mengenai pemuda. Pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan oleh Allah SWT selama 309 tahun demi menyelamatkan iman, kisah pemuda Ashabul Ukhdud yang menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya terhadap Allah sehingga para penguasa tersebut menceburkannya kedalam parit yang berisi api yang bergejolak dan masih banyak lagi cerita mengenai pemuda yang dituliskan Allah di dalam kitab-Nya. Selain itu al-Qur’an juga banyak mengisahkan perjuangan para Nabi dan Rasul yang secara garis besar orang – orang yang terpilih tersebut berasal dari kalangan pemuda. Ibnu Abbas r.a berkata “ Tak ada seorang Nabi pun yang diutus oleh Allah, melainkan ia dipilih dari kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun).[2]
Peranan  aktif pun dituntut kepada pemuda dalam kegiatan-kegiatan positif dan pemuda haruslah berpengetahuan luas, mengasa ketajaman intelektualnya serta mampu berpfikir kritis dalam menanggapi suatu hal. Setiap manusia dibekali potensi yang harus dibina dan digali jangan sampai potensi dasar yang ada itu malah melemah lalu hilang yang hanya tinggalah kemalasan dan rasa pesimis dan akhirnya selalu mengandalkan yang instan-instan saja tidak ingin berusaha dan mencoba terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang ia impikan.
Sekarang Jika kita analisis eksistensi pemuda di masa kini dengan eksistensi pemuda zaman dahulu ada perbedaan yang mencolok diantara keduanya, yaitu pemuda di di era masa kini kurang memiliki jiwa kepedulian terhadap apa yang dia lihat dan dia rasakan dan jika kita tilik di dunia pendidikan, banyak para pemuda yang menyepelekan pendidikan. Di antara mereka yang duduk di bangku sekolah (SLTA, SLTP dan Perguruan Tinggi) bukan karena ingin menuntut ilmu semata melainkan mengejar ijazah saja dan bangga dengan gelar yang didapat tanpa memperdulikan makna pendidikan itu sendiri. Sebagian  dari mereka ada yang menyia-nyiakan waktu dengan perbuatan atau kegiatan yang kurang baik, bahkan sampai perbuatan yang benar-benar melanggar norma hukum dan merisaukan masyarakat misalnya tawuran antar pelajar, geng motor, mabuk-mabukan dan kegiatan lainnya. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, dan pesta-pora (astagfirullah hal adziim), itulah secara garis besar perbuatan yang dilakukan pemuda masa kini walaupun tidak semua pemuda seperti itu. Dapat dibuktikan dari banyaknya pemberitaan media masa seperti yang sedang marak adalah kenakalan geng motor. Surat kabar kompas mengabarkan aksi geng motor meresahkan disetiap daerah.[3] Timbulnya geng motor menjadi bukti pencarian identitas diri yang salah dan kurang memiliki rasa nasionalisme dalam diri pemuda. Hal ini bertolak belakang dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di dalam sumpah pemuda tersebut terdapat sumpah suci sang pejuang bangsa, yang tak kenal lelah untuk memberikan sumbangsihnya kepada negara tercinta, tapi ingat sumpah pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda untuk bertekad menjadi satu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri dan Jika kita menelusuri sejarah kemerdekaan Indonesia kita ketahui bahwa organisasi Budi utomo yang merupakan salah satu gerakan pemuda pada tahun 1928 berperan juga pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni pada hari kemerdekaan Indonesia. Untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu pro dan kontra yang sangat sengit antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul Saleh dan kelompok tua yang diketuai oleh Bung Karno. Kelompok muda mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia.[4] Pergerakan pemuda Indonesia masa kemerdekaan sangatlah menakjubkan. Membebaskan kita dari belenggu penjajahan dan seharusnya peran pemuda masa kini adalah mempertahankan sumpah pemuda tersebut, serta meghargai segala perjuangan mereka, dan menyempurnakan ikrar-ikrar yang telah diucapkannya pula. Namun sayangnya, banyak pemuda masa kini yang tidak mengindahkan ikrar-ikrar tersebut, tak hayal bahwa pemuda di jaman sekarang berbeda dengan pemuda di jaman dahulu yang sangat menjujung tinggi kepejuangan bangsa.
            Perubahan zamanlah yang menyulap dan menciptakan pemikiran kurang baik dalam diri pemuda di era masa kini, mungkin saat ini kita dirasa bebas dari penjajahan tapi tidak, kita belum bebas benar dari penjajahan. Penjajahan yang kita hadapi sekarang pelan-pelan namun pasti akan memperbudak kita, hingga ahirnya terjerumus dalam suatu hal yang merugikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Berbicara tentang perubahan zaman pasti tidak lepas dari Modernisasi dan globalisasi. Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.[5]
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini  semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita kehilangan budaya negara kita sendiri yang ketimur-timuran dan terbawa oleh budaya barat. Dengan itu para pemuda dutuntut dapat menyeleksi terlebih dahulu budaya yang masuk. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.
Lalu eksistensi pemuda yang seperti apa yang dibutuhkan pada era masa kini?? Dapat disimpulkan bahwa pada era masa kini dibutuhkan eksistensi pemuda dalam pembangunan moral di segala bidang. Banyak kawula muda kita yang sama sekali tidak tahu menahu tentang budaya sopan santun dalam pergaulan etika ataupun persoalan moral.  Sehingga kaum muda sekarang lebih terlihat urakan ketimbang pemuda generasi masa lalu. Untuk itu marilah kita tumbuhkan semangat untuk meningkatkan pendidikan moral khususnya pada generasi muda yang nota bene sebagai pewaris bangsa dan negara ini. Tak lupa juga untuk menjadikan pemuda masa dahulu sebagai cerminan untuk senantiasa dapat menghargai dan mempertahankan perjuangan bangsa, eksistensi pemuda benar-benar dibutuhkan dalam meningkatkan kredibilitas bangsa dan agama.


[1] Hasan Al Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin ,” http://sanubaribariah.blogspot.com/2012/02/hasan-al-banna-dalam-risalah-pergerakan.html (akses 22 April 2012)


[2] Peranan Pemuda dalam Islam,” . http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/07/peranan-pemuda-dalam-islam/ (akses 22 April 2012)

 (akses 23 April 2012)
[4] Peranan Pemuda Masa Kini dan Masa lalu,” http://maxxalkahfi.blogspot.com/2011/11/sumpah-pemuda-dan-pemuda-masa-kini.html (akses 23 April 2012)

[5] Dampak Modernisasi dan Globalisasi,” http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/dampak-modernisasi-dan-globalisasi/” akses 23 April 2012

Selasa, 24 April 2012

GALAU

aku hanya ingin menyayangi apa adanya
tapi pakah salah jika ku sedikit meminta kau untuk menjadi lebih baik,,,???
bukan maksud ku untuk menyakiti mu,

tapi tolong mengerti aku,
aku hanya ingin kau dipandang indah dihadapan dirimu sendiri dan orang lain,
tak lebih...

Minggu, 29 Januari 2012






Bermula dari mencoba, dan Keberanian. hasil yang terbaik memang selalu kita dambakan selain itu doa yang khusyu di penghujung malam kan selalu di haturkan ,,, tenanglah kawan walau ijtidhadmu kale ne tertunda mencapai harapan.. esok masih panjang tuk teruskan!!! jangan menyerah key.