Rabu, 16 Mei 2012

pembuktian ijtihadku


EKSISTENSI PEMUDA DI ERA MASA KINI
Disusun oleh  :  Ursilawati dan Novi Nurhaena Yanti

Pemuda merupakan ujung tombak suatu perubahan, mereka akan menjadi tumpuan dalam pergerakan menuju lebih baik. Mereka jua sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan sebagai agen perubahaan bagi semua aspek pembangunan. Kemajuan suatu bangsa selalu dikaitkan dengan eksistensi para pemuda didalamnya, hal ini tak lepas dari semangat juang, keyakinan, keikhlasan dan inovasi yang tumbuh dalam jiwa pemuda untuk senantiasa membuat sesuatu yang lebih baik. Dalam islam pun pemuda sering dikaitkan dengan perannya dalam kemajuan syiar-syiar agama. Kebaikan terkadang diiringin dengan keburukan, begitupun dengan pemuda, hal negatif yang ditimbulkan oleh pemuda bisa memabawa ke arah kehancuran dan kemunduran. Masalah moral atau yang sering disebut sebagai krisis moral dan pencarian identitas diri yang salah menjadi masalah besar yang sering dihadapi oleh pemuda masa kini, serta eksistensi para pemuda tersebut dipandang pasif,  terdapat jiwa konsumerisme dalam diri mereka yang tidak dapat terkontrol.
Jiwa optimisme yang tinggi, keikhlasan untuk melakuakan suatu kebaikan, dan mau menjadikan niat mulia itu menjadi kenyataan adalah modal penting bagi para pemuda untuk melakukan hal yang positif. Imam Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir mengatakan, “ Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepada-Nya, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya[1]. Sepertinya keempat rukun ini yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dasar amal adalah kemauan yang kuat, itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya.
Begitu juga dalam sejarah Islam. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda, Al Qur’an sendiri banyak menceritakan potret mengenai pemuda. Pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan oleh Allah SWT selama 309 tahun demi menyelamatkan iman, kisah pemuda Ashabul Ukhdud yang menceritakan tentang pemuda yang tegar dalam keimanannya terhadap Allah sehingga para penguasa tersebut menceburkannya kedalam parit yang berisi api yang bergejolak dan masih banyak lagi cerita mengenai pemuda yang dituliskan Allah di dalam kitab-Nya. Selain itu al-Qur’an juga banyak mengisahkan perjuangan para Nabi dan Rasul yang secara garis besar orang – orang yang terpilih tersebut berasal dari kalangan pemuda. Ibnu Abbas r.a berkata “ Tak ada seorang Nabi pun yang diutus oleh Allah, melainkan ia dipilih dari kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun).[2]
Peranan  aktif pun dituntut kepada pemuda dalam kegiatan-kegiatan positif dan pemuda haruslah berpengetahuan luas, mengasa ketajaman intelektualnya serta mampu berpfikir kritis dalam menanggapi suatu hal. Setiap manusia dibekali potensi yang harus dibina dan digali jangan sampai potensi dasar yang ada itu malah melemah lalu hilang yang hanya tinggalah kemalasan dan rasa pesimis dan akhirnya selalu mengandalkan yang instan-instan saja tidak ingin berusaha dan mencoba terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang ia impikan.
Sekarang Jika kita analisis eksistensi pemuda di masa kini dengan eksistensi pemuda zaman dahulu ada perbedaan yang mencolok diantara keduanya, yaitu pemuda di di era masa kini kurang memiliki jiwa kepedulian terhadap apa yang dia lihat dan dia rasakan dan jika kita tilik di dunia pendidikan, banyak para pemuda yang menyepelekan pendidikan. Di antara mereka yang duduk di bangku sekolah (SLTA, SLTP dan Perguruan Tinggi) bukan karena ingin menuntut ilmu semata melainkan mengejar ijazah saja dan bangga dengan gelar yang didapat tanpa memperdulikan makna pendidikan itu sendiri. Sebagian  dari mereka ada yang menyia-nyiakan waktu dengan perbuatan atau kegiatan yang kurang baik, bahkan sampai perbuatan yang benar-benar melanggar norma hukum dan merisaukan masyarakat misalnya tawuran antar pelajar, geng motor, mabuk-mabukan dan kegiatan lainnya. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, dan pesta-pora (astagfirullah hal adziim), itulah secara garis besar perbuatan yang dilakukan pemuda masa kini walaupun tidak semua pemuda seperti itu. Dapat dibuktikan dari banyaknya pemberitaan media masa seperti yang sedang marak adalah kenakalan geng motor. Surat kabar kompas mengabarkan aksi geng motor meresahkan disetiap daerah.[3] Timbulnya geng motor menjadi bukti pencarian identitas diri yang salah dan kurang memiliki rasa nasionalisme dalam diri pemuda. Hal ini bertolak belakang dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di dalam sumpah pemuda tersebut terdapat sumpah suci sang pejuang bangsa, yang tak kenal lelah untuk memberikan sumbangsihnya kepada negara tercinta, tapi ingat sumpah pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda untuk bertekad menjadi satu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri dan Jika kita menelusuri sejarah kemerdekaan Indonesia kita ketahui bahwa organisasi Budi utomo yang merupakan salah satu gerakan pemuda pada tahun 1928 berperan juga pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni pada hari kemerdekaan Indonesia. Untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu pro dan kontra yang sangat sengit antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul Saleh dan kelompok tua yang diketuai oleh Bung Karno. Kelompok muda mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia.[4] Pergerakan pemuda Indonesia masa kemerdekaan sangatlah menakjubkan. Membebaskan kita dari belenggu penjajahan dan seharusnya peran pemuda masa kini adalah mempertahankan sumpah pemuda tersebut, serta meghargai segala perjuangan mereka, dan menyempurnakan ikrar-ikrar yang telah diucapkannya pula. Namun sayangnya, banyak pemuda masa kini yang tidak mengindahkan ikrar-ikrar tersebut, tak hayal bahwa pemuda di jaman sekarang berbeda dengan pemuda di jaman dahulu yang sangat menjujung tinggi kepejuangan bangsa.
            Perubahan zamanlah yang menyulap dan menciptakan pemikiran kurang baik dalam diri pemuda di era masa kini, mungkin saat ini kita dirasa bebas dari penjajahan tapi tidak, kita belum bebas benar dari penjajahan. Penjajahan yang kita hadapi sekarang pelan-pelan namun pasti akan memperbudak kita, hingga ahirnya terjerumus dalam suatu hal yang merugikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Berbicara tentang perubahan zaman pasti tidak lepas dari Modernisasi dan globalisasi. Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.[5]
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini  semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak mengarah ke negatif. Kita kehilangan budaya negara kita sendiri yang ketimur-timuran dan terbawa oleh budaya barat. Dengan itu para pemuda dutuntut dapat menyeleksi terlebih dahulu budaya yang masuk. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.
Lalu eksistensi pemuda yang seperti apa yang dibutuhkan pada era masa kini?? Dapat disimpulkan bahwa pada era masa kini dibutuhkan eksistensi pemuda dalam pembangunan moral di segala bidang. Banyak kawula muda kita yang sama sekali tidak tahu menahu tentang budaya sopan santun dalam pergaulan etika ataupun persoalan moral.  Sehingga kaum muda sekarang lebih terlihat urakan ketimbang pemuda generasi masa lalu. Untuk itu marilah kita tumbuhkan semangat untuk meningkatkan pendidikan moral khususnya pada generasi muda yang nota bene sebagai pewaris bangsa dan negara ini. Tak lupa juga untuk menjadikan pemuda masa dahulu sebagai cerminan untuk senantiasa dapat menghargai dan mempertahankan perjuangan bangsa, eksistensi pemuda benar-benar dibutuhkan dalam meningkatkan kredibilitas bangsa dan agama.


[1] Hasan Al Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin ,” http://sanubaribariah.blogspot.com/2012/02/hasan-al-banna-dalam-risalah-pergerakan.html (akses 22 April 2012)


[2] Peranan Pemuda dalam Islam,” . http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/07/peranan-pemuda-dalam-islam/ (akses 22 April 2012)

 (akses 23 April 2012)
[4] Peranan Pemuda Masa Kini dan Masa lalu,” http://maxxalkahfi.blogspot.com/2011/11/sumpah-pemuda-dan-pemuda-masa-kini.html (akses 23 April 2012)

[5] Dampak Modernisasi dan Globalisasi,” http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/dampak-modernisasi-dan-globalisasi/” akses 23 April 2012