EKSISTENSI
PEMUDA DI ERA MASA KINI
Disusun oleh :
Ursilawati dan Novi Nurhaena Yanti
Pemuda merupakan
ujung tombak suatu perubahan, mereka akan menjadi tumpuan dalam pergerakan
menuju lebih baik. Mereka jua sebagai kekuatan
moral, kontrol sosial dan sebagai agen perubahaan bagi semua aspek pembangunan.
Kemajuan suatu bangsa selalu dikaitkan dengan eksistensi para pemuda
didalamnya, hal ini tak lepas dari semangat juang, keyakinan, keikhlasan dan
inovasi yang tumbuh dalam jiwa pemuda untuk senantiasa membuat sesuatu yang lebih
baik. Dalam islam pun pemuda sering dikaitkan dengan perannya dalam kemajuan
syiar-syiar agama. Kebaikan terkadang diiringin dengan keburukan, begitupun
dengan pemuda, hal negatif yang ditimbulkan oleh pemuda bisa memabawa ke arah
kehancuran dan kemunduran. Masalah moral atau yang sering disebut sebagai
krisis moral dan pencarian identitas diri yang salah menjadi masalah besar yang
sering dihadapi oleh pemuda masa kini, serta eksistensi para pemuda tersebut
dipandang pasif, terdapat jiwa
konsumerisme dalam diri mereka yang tidak dapat terkontrol.
Jiwa optimisme
yang tinggi, keikhlasan untuk melakuakan suatu kebaikan, dan mau menjadikan
niat mulia itu menjadi kenyataan adalah modal penting bagi para pemuda untuk
melakukan hal yang positif. Imam Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di
Mesir mengatakan, “ Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil
diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepada-Nya, ikhlas dalam berjuang di
jalan-Nya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk
beramal serta berkorban dalam mewujudkannya”[1].
Sepertinya keempat rukun ini yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan
karakter yang melekat pada diri pemuda karena sesungguhnya dasar keimanan itu
adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar
semangat adalah perasaan yang menggelora, dasar amal adalah kemauan yang kuat, itu
semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda. Oleh karena itu, sejak dulu
hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Setiap kebangkitan, pemuda
merupakan rahasia kekuatannya.
Begitu juga
dalam sejarah Islam. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan
memuliakan para pemuda, Al Qur’an sendiri banyak menceritakan potret mengenai
pemuda. Pemuda Ashabul Kahfi yang ditidurkan oleh Allah SWT selama 309 tahun
demi menyelamatkan iman, kisah pemuda Ashabul Ukhdud yang menceritakan tentang
pemuda yang tegar dalam keimanannya terhadap Allah sehingga para penguasa
tersebut menceburkannya kedalam parit yang berisi api yang bergejolak dan masih
banyak lagi cerita mengenai pemuda yang dituliskan Allah di dalam kitab-Nya.
Selain itu al-Qur’an juga banyak mengisahkan perjuangan para Nabi dan Rasul
yang secara garis besar orang – orang yang terpilih tersebut berasal dari
kalangan pemuda. Ibnu Abbas r.a berkata “ Tak ada seorang Nabi pun yang diutus
oleh Allah, melainkan ia dipilih dari kalangan pemuda saja (yakni 30-40 tahun).[2]
Peranan aktif pun dituntut kepada pemuda dalam
kegiatan-kegiatan positif dan pemuda haruslah berpengetahuan luas, mengasa
ketajaman intelektualnya serta mampu berpfikir kritis dalam menanggapi suatu
hal. Setiap manusia dibekali potensi yang harus dibina dan digali jangan sampai
potensi dasar yang ada itu malah melemah lalu hilang yang hanya tinggalah
kemalasan dan rasa pesimis dan akhirnya selalu mengandalkan yang instan-instan saja
tidak ingin berusaha dan mencoba terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang ia
impikan.
Sekarang Jika
kita analisis eksistensi pemuda di masa kini dengan eksistensi pemuda zaman
dahulu ada perbedaan yang mencolok diantara keduanya, yaitu pemuda di di era
masa kini kurang memiliki jiwa kepedulian terhadap apa yang dia lihat dan dia
rasakan dan jika kita tilik di dunia pendidikan, banyak para pemuda yang menyepelekan
pendidikan. Di antara mereka yang duduk di bangku sekolah (SLTA, SLTP dan
Perguruan Tinggi) bukan karena ingin menuntut ilmu semata melainkan mengejar
ijazah saja dan bangga dengan gelar yang didapat tanpa memperdulikan makna
pendidikan itu sendiri. Sebagian dari mereka
ada yang menyia-nyiakan waktu dengan perbuatan atau kegiatan yang kurang baik,
bahkan sampai perbuatan yang benar-benar melanggar norma hukum dan merisaukan
masyarakat misalnya tawuran antar pelajar, geng motor, mabuk-mabukan dan kegiatan
lainnya. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli
dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, dan
pesta-pora (astagfirullah hal adziim), itulah secara garis besar perbuatan yang
dilakukan pemuda masa kini walaupun tidak semua pemuda seperti itu. Dapat
dibuktikan dari banyaknya pemberitaan media masa seperti yang sedang marak
adalah kenakalan geng motor. Surat kabar kompas mengabarkan aksi geng motor
meresahkan disetiap daerah.[3]
Timbulnya geng motor menjadi bukti pencarian identitas diri yang salah dan
kurang memiliki rasa nasionalisme dalam diri pemuda. Hal ini bertolak belakang
dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di dalam sumpah pemuda
tersebut terdapat sumpah suci sang pejuang bangsa, yang tak kenal lelah untuk
memberikan sumbangsihnya kepada negara tercinta, tapi ingat sumpah pemuda tidak
lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda untuk bertekad menjadi
satu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang
di kelompok sendiri dan
Jika kita menelusuri sejarah kemerdekaan Indonesia kita ketahui bahwa
organisasi Budi utomo yang merupakan salah satu gerakan pemuda pada tahun 1928
berperan juga pada tanggal 17 Agustus 1945 yakni pada hari kemerdekaan
Indonesia. Untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu pro dan
kontra yang sangat sengit antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul
Saleh dan kelompok tua yang diketuai oleh Bung Karno. Kelompok muda mendesak
agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak
karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara
Indonesia.[4]
Pergerakan pemuda Indonesia masa kemerdekaan sangatlah menakjubkan. Membebaskan
kita dari belenggu penjajahan dan seharusnya peran pemuda masa kini
adalah mempertahankan sumpah pemuda tersebut, serta meghargai segala perjuangan
mereka, dan menyempurnakan ikrar-ikrar yang telah diucapkannya pula. Namun
sayangnya, banyak pemuda masa kini yang tidak mengindahkan ikrar-ikrar tersebut,
tak hayal bahwa pemuda di jaman sekarang berbeda dengan pemuda di jaman dahulu
yang sangat menjujung tinggi kepejuangan bangsa.
Perubahan zamanlah yang menyulap dan
menciptakan pemikiran kurang baik dalam diri pemuda di era masa kini, mungkin
saat ini kita dirasa bebas dari penjajahan tapi tidak, kita belum bebas benar dari
penjajahan. Penjajahan yang kita hadapi sekarang pelan-pelan namun pasti akan
memperbudak kita, hingga ahirnya terjerumus dalam suatu hal yang merugikan baik
untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Berbicara
tentang perubahan zaman pasti tidak lepas dari Modernisasi dan globalisasi. Modernisasi
merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih
maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan,
globalisasi yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau
mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.[5]
Modernisasi
dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai media,
terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini
semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia.
Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring
informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap
dirinya, lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang
baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas
terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk
pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah
penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat
pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak mengarah
ke negatif. Kita kehilangan budaya negara kita sendiri yang ketimur-timuran dan
terbawa oleh budaya barat. Dengan itu para pemuda dutuntut dapat menyeleksi
terlebih dahulu budaya yang masuk. Karena tidak semua budaya barat adalah baik.
Jika terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter
bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia
sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola
kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang
dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat
positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek
terhadap perubahan dan perkembangan dunia.
Lalu
eksistensi pemuda yang seperti apa yang dibutuhkan pada era masa kini?? Dapat
disimpulkan bahwa pada era masa kini dibutuhkan eksistensi pemuda dalam
pembangunan moral di segala bidang. Banyak
kawula muda kita yang sama sekali tidak tahu menahu tentang budaya sopan santun
dalam pergaulan etika ataupun persoalan moral.
Sehingga kaum muda sekarang lebih terlihat urakan ketimbang pemuda
generasi masa lalu. Untuk itu marilah kita tumbuhkan semangat untuk
meningkatkan pendidikan moral khususnya pada generasi muda yang nota bene
sebagai pewaris bangsa dan negara ini. Tak lupa juga untuk menjadikan pemuda
masa dahulu sebagai cerminan untuk senantiasa dapat menghargai dan
mempertahankan perjuangan bangsa, eksistensi pemuda benar-benar dibutuhkan
dalam meningkatkan kredibilitas bangsa dan agama.
[1] Hasan Al Banna dalam Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin ,” http://sanubaribariah.blogspot.com/2012/02/hasan-al-banna-dalam-risalah-pergerakan.html (akses 22 April 2012)
[2]
Peranan Pemuda dalam Islam,” . http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/07/peranan-pemuda-dalam-islam/ (akses 22 April 2012)
[3]
Geng Motor Rusak Hotel di Semarang, http://regional.kompas.com/read/2012/04/22/07362715/Geng.Motor.Rusak.Hotel.di.Semarang.
(akses 23 April 2012)
[4]
Peranan Pemuda Masa Kini dan Masa lalu,” http://maxxalkahfi.blogspot.com/2011/11/sumpah-pemuda-dan-pemuda-masa-kini.html (akses 23 April 2012)
[5]
Dampak Modernisasi dan
Globalisasi,” http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/dampak-modernisasi-dan-globalisasi/” akses 23 April 2012